BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas
manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju, kreatif, trampil, bertanggung jawab,
produktif serta sehat jasmani dan rohani, sehingga mampu menghadapi segala
perubahan era globalisasi yang menuntut kesiapan sumber daya manusia bukan
hanya sebagai penonton, tetapi juga harus mampu sebagai pelaku. Konsekuensi
dari masuknya budaya asing, pelaku bisnis, politik, ekonomi, dan sebagainya,
bahkan nilai-nilai budaya asing, seperti perilaku free sex, pergaulan bebas tanpa batas dan
bertolak belakang dengan budaya bangsa Indonesia, yang mampu menggeser budaya
bangsa Indonesia.
Untuk itu, yang mampu menghadapi masalah dan perubahan zaman
adalah pemahaman budaya masyarakat perlu ditanamkan pada siswa sehingga mampu
memilah dan memilih yang terbaik untuk menentukan sikap perilaku yang terbaik
bagi diri sendiri dan bangsa Indonesia. Kegiatan interaksi belajar mengajar
harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya. Dengan banyakya
kegiatan pendidikan di sekolah, dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi
pembelajaran, maka sangat menyita waktu siswa untuk mengatasi keadaan tersebut,
guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Disebabkan bila hanya
menggunakan seluruh jam pelajaran. Disebabkan bila hanya menggunakan seluruh
jam pembelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran hal itu tidak akan
mencukupi tuntutan di dalam kurikulum.
Dengan demikian perlu diberikan tugas-tugas, sebagai selingan
untuk variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah. Tugas
semacam itu dapat dikerjakan di luar jam pelajaran, di rumah maupun sebelum
pulang, dan atau kegiatan ekstrakurikuler, sehingga dapat dikerjakan bersama
temannya. Seperti yang berlangsung pada kegiatan ekstrakurikuler yang berupa
seni budaya yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian, menanamkan kesadaran,
dan membina mental siswa serta menumbuhkembangkan sikap perilaku siswa agar
sanggup menerima, memahami, dan mengerti tentang kebudayaan, baik budaya
tradisional, budaya masyarakat maupun budaya asing yang bersifat selektif.
Apakah budaya? Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang telah
ditanyakan dan dicari jawabnya sejak era Ibnu Khaldun sampai saat ini.
Seolah-olah jawaban atas pertanyaan itu tidak pernah ada, atau mungkin ketika
ditemukan jawabannya oleh seseorang, maka yang didefinisikan itu (budaya)
lantas berubah. Oleh karenanya orang tak pernah sampai pada keputusan final
yang disepakati oleh semua orang. Apalagi budaya dilihat dari kacamata
berlainan tergantung yang melihatnya. Alhasil konsep budaya berbeda-beda
tergantung siapa yang mendefinisikan konsep tersebut. Dalam buku-buku pengantar
antropologi selalu disebutkan hasil temuan Kroeber & Kluckhon yang
mengidentifikasi definisi budaya. Mereka mencatat sekurang-kurangnya terdapat
169 definisi berbeda.
Hal itu menunjukkan betapa beragamnya sudut pandang yang
digunakan untuk melihat budaya. Masing-masing disiplin ilmu memiliki sudut
pandangnya sendiri. Bahkan di dalam satu disiplin ilmu terdapat perbedaan
karena pendekatan yang digunakan berbeda. Dalam disiplin ilmu psikologi
misalnya, mungkin saja mereka yang tertarik dengan persoalan emosi akan
mendefinisikan berbeda dengan mereka yang tertarik pada persoalan kesehatan
mental.
Kemampuan beradaptasi atau penyesuaian diri merupakan bentuk
perilaku pada umumnya yang didasarkan atas keseimbangan kemampuan akal
(kognisi) dan kemampuan rasa (afeksi), dan psikomotor, karena manusia tidak
hanya memiliki otak tetapi juga mempunyai emosi dan keterampilan, baik
keterampilan berkomunikasi maupun keterampilan fisik jasmaniah. Oleh karena
itu, kesadaran terhadap perbedaan daya pikir, emosi, dan keterampilan manusia
merupakan aspek penting keberhasilan penyesuaian diri. Mengingat manusia tidak
hanya berperilaku atas dasar kemampuan akal semata, tetapi juga didasarkan pada
kemampuan rasa, yakni kemampuan menilai perasaan kepuasan diri sendiri dan
orang lain dalam masa perkembangan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Keseimbangan antara komponen kognisi, afeksi, dan psikomotor
mutlak diperlukan. Seseorang yang terlalu mengagungkan kecerdasan akalnya tanpa
diimbangi dengan kemampuan emosional atau sikap, dan psikomotor diprediksikan
bahwa dia akan dapat mengalami kegagalan dalam bersosialisasi dengan
lingkungannya. Kecakapan emosi bukan berarti memanjakan perasaan dan
mengistimewakan sikap, dalam arti memuaskan dirinya sendiri tanpa memperhatikan
orang lain, tetapi mengelola perasaan, sikap, dan keterampilan sedemikian rupa
sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif, yang memungkinkan orang
bekerja sama dengan lancar menuju sasaran bersama.
Seks bebas? Apa sih itu? Apakah seks bebas hanya sebatas
definisi hubungan seks berganti-ganti pasangan saja? Pandangan mengenai apa seks
bebas atau free sex itu memang seharusnya sudah diketahui oleh remaja itu
sendiri sebelum mengetahui dampak seks bebas terhadap kesehatannya. Seks bebas
atau free sex sebenarnya memiliki definisi yang sederhana
yakni perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang bersama orang lain diluar ikatan pernikahan yang telah disahkan secara legal oleh badan hukum negara dan atau badan hukum agama.
yakni perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang bersama orang lain diluar ikatan pernikahan yang telah disahkan secara legal oleh badan hukum negara dan atau badan hukum agama.
Apakah melakukan hubungan seks dengan pacar sendiri dan tidak
berganti-ganti pasangan termasuk ke dalam free sex? Jawabannya tentu iya. Free
sex tidak hanya ditujukan untuk perilaku dikalangan remaja atau seseorang yang
belum menikah, namun dikalangan orang yang sudah menikah dan apabila dia
melakukan dengan orang lain selain pasangan suami atau istrinya, itu juga
termasuk free sex. Ada kesan pada remaja mengenai persepsi akan perilaku
seksual tadi, diantaranya ada yang berpendapat bahwa hal tersebut menyenangkan,
merupakan salah satu puncak rasa kecintaan, bahkan sesuatu yang serba membahagiakan
sehingga tidak perlu ditakutkan.
Berkembang pula opini bahwa perilaku seksual adalah sesuatu
yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation). Sedangkan semua itu tidak
diimbangi dengan aspek atau norma agama dan sosial terlebih kurangnya informasi
yang tepat dan bertanggungjawab perihal dampak buruk seks bebas bagi kesehatan Seks
pada hakekatnya merupakan dorongan narluri alamiah tentang kepuasan syahwat.
Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah
istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita. Jika
kedua jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku seks.
Sedangkan perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada
pula yang mengatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan
hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai manusia yang beragama, berbudaya,
beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan
dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya.
Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan,
maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Perilaku seks
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan
manusia dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma
budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki
persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan
masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai dan norma, agama serta
moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat
rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang
dianggap belum cukup dewasa.
Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks
kepada anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih
dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur
sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran
moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam
prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan. Biasanya
hubungan intim antara dua orang lawan jenis cenderung bersifat emosional
primer, dan apabila terpisah atau mendapat hambatan, maka keduanya akan merasa
terganggu atau kehilangan jati dirinya.
Berbeda dengan hubungan intim yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat modern, biasanya cenderung bersifat rasional sekunder. Anak-anak
yang mulai tumbuh remaja lebih suka berbicara seks dikalangan teman-temannya.
Jika hubungan intim itu terpisah atau mendapat hambatan, maka mereka tidak akan
kehilangan jati diri dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan
dalam lingkungan pergaulan lainnya. Lembaga keluarga yang bersifat universal
dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan keagamaan dan moral,
memelihara, perlindungan dan rekreasi terhadap anggota-anggota keluarganya,
dalam berhadapan dengan proses modernitas sosial, cenderung kehilangan
fungsinya.
Sebagai konsekuensi proses sosialisasi norma-norma yang
berhubungan batas-batas pola dan etika pergaulan semakin berkurang, maka
pengaruh pola pergaulan bebas cenderung lebih dominan merasuk kedalam kebiasaan
baru.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Free Sex
Seks bebas atau free sex sebenarnya memiliki definisi yang
sederhana
yakni perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang bersama orang lain diluar ikatan pernikahan yang telah disahkan secara legal oleh badan hukum negara dan atau badan hukum agama.
yakni perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang bersama orang lain diluar ikatan pernikahan yang telah disahkan secara legal oleh badan hukum negara dan atau badan hukum agama.
Kata sex sering kita dengar dan hampir tidak pernah sepi
hinggap ditelinga kita dalam kehidupan sehari-hari. Sex adalah kata yang
teruntai dari 3 huruf tetapi mempunyai makna dan arti yang sangat banyak dan
bervariasi. Sex merupakan topik yang paling kontroversial di dalam masyarakat
kita. Kebanyakan masyarakat kita memandang sex sebagai sesuatu yang
menyeramkan, jorok dan menjijikkan, kotor dan nista. Sex dianggap sebagai
sesuatu yang tabu dan tidak pantas untuk dibicarakan secara terbuka tanpa
alasan yang jelas.
Disamping itu seringkali sex diidentikkan dengan sesuatu yang
haram berlumur dosa. Untuk mengatasi masalah-masalah ini diperlukan adanya
pemahaman dan penerangan tentang sex secara benar dan tepat yang dilandasi oleh
nilai-nilai agama, budaya dan etika yang ada di masyarakat. Penyuluhan dan penerangan
tentang sex harus dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama,
sehingga seorang remaja akan mendapatkan informasi yang benar dan tepat dengan
berlandaskan pada nilai-nilai agama dan keimanan yang kuat sehingga seorang
remaja dapat terhindar dari hal-hal yang negatif dan tercela terkait dengan
masalah sex. Untuk itu pendidikan sex sangat diperlukan. Sekarang saya akan
menjelasakan tentang sex bebas atau free sex. Apa itu free sex?
Free sex adalah jenis hubungan
yang ilegal, dan sangat di larang keras oleh banyak pihak seperti
pemerintah, orang tua, dan agama. karena hal ini menyangkut moral. free sex
merupakan pola hidup yang dibangun atas dasar keyakinan bahwa manusia berhak
menentukan sesuatu bagi dirinya sendiri. bila dua orang suka sama suka mengapa
harus ada pihak-pihak lain yang mengatur hubungan mereka dalam suatu ikatan
yang disebut pernikahan?! jika pola pikir dan pandangan hidup seperti ini
dipegang, pernikahan bukanlah obat tepat untuk menanggulanginya. hal ini telah
menjamur sekali di banyak kalangan, tidak heran mengapa semakin banyak orang
yang terjangkit AIDS.
Free sex tidak hanya di lakukan oleh sepasang
kekasih yang saling jatuh cinta, lalu tidak dapat menahan emosi dan nafsu, dan
akhirnya mereka melakukan hubungan intim. free sex juga berbicara masalah
hubungan-hubungan lain yang dilarang.
2.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Free Sex
Faktor
terjadinya perilaku seks bebas pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Gagalnya
sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas;
2. Semakin
terbukanya peluang pergaulan bebas; setara dengan kuantitas pengetahuan tentang
perilaku seks pada lingkungan sosial dan kelompok pertemanan;
3. Kekosongan
aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan sehari-hari;
4. Sensitifitas
penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relatif
tinggi;
5. Rendahnya
konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan
lembaga-lembaga sosial yang berwenang;
6. Rendahnya
keperdulian dan kontrol sosial masyarakat;
7. Adanya
kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan;
8. Rendahnya
pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya;
9. Sikap
perilaku dan busana yang mengundang desakan seks;
10. Kesepian,
berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau karena keinginan untuk menikmati
sensasi seks di luar rutinitas rumah tangga;
11. Tersedianya
lokalisasi atau legalitas pekerja seks.
Berdasarkan alasan tersebut, maka semakin terbukalah
pergaulan bebas antara pria dan wanita, baik bagi kalangan remaja maupun
kalangan yang sudah berumah tangga. Hal ini dimungkinkan karena sosialisasi
norma dalam keluarga tidak efektif, sementara cabang hubungan pergaulan dengan
berbagai pola perilaku seks di luar rumah meningkat yang kemudian mendominasi
pembentukan kepribadian baru. Kalangan remaja pada umumnya lebih sensitif
menyerap struktur pergaulan bebas dalam kehidupan masyarakat. Bagi suami isteri
yang bekerja di luar rumah, tidak mustahil semakin banyak meninggalkan
norma-norma dan tradisi keluarga sebelumnya, kemudian dituntut untuk
menyesuaikan diri dalam sistem pergaulan baru, termasuk pergaulan intim dengan
lawan jenis dalam peruses penyelesaian pekerjaan.
Kondisi pergaulan semacam ini seseorang tidak hanya mungkin
menjauh dari perhitungan nilai harmonisasi keluarga, akan tetapi selanjutnya
semakin terdorong untuk mengejar karier dalam perhitungan ekonomis material.
Kenyataan ini secara implisit melembaga, dimaklumi, lumrah, dan bahkan
merupakan kebutuhan baru bagi sebagian besar keluarga dalam masyarakat modern.
Kebutuhan baru ini menuntut seseorang untuk membentuk sistem pergaulan
modernitas yang cenderung meminimalisasi ikatan moral dan kepedulian terhadap
hukum-hukum agama. Sementara di pihak lain, jajaran pemegang status terhormat
sebagai sumber pewarisan norma, seperti penegak hukum, para pemimpin formal,
tokoh masyarakat dan agama, ternyata tidak mampu berperan dengan contoh-contoh
perilaku yang sesuai dengan statusnya.
Sebagai konsekuensinya adalah membuka peluang untuk mencari
kebebasan di luar rumah. Khususnya dalam pergaulan lawan jenis pada lingkungan
bebas norma dan rendahnya kontrol sosial, cenderung mengundang hasrat dan
kebutuhan seks seraya menerapkannya secara bebas. Bagi kalangan remaja, seks
merupakan indikasi kedewasaan yang normal, akan tetapi karena mereka tidak
cukup mengetahui secara utuh tentang rahasia dan fungsi seks, maka lumrah kalau
mereka menafsirkan seks semata-mata sebagai tempat pelampiasan birahi,
tak perduli resiko.
tak perduli resiko.
Kendatipun secara sembunyi-sembunyi mereka merespon gosip
tentang seks diantara kelompoknya, mereka menganggap seks sebagai bagian
penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja. Kelakar pornografi
merupakan kepuasan tersendiri, sehinga mereka semakin terdorong untuk lebih
dekat mengenal lika-liku seks sesungguhnya. Jika immajinasi seks ini memperoleh
tanggapan yang sama dari pasangannya, maka tidak mustahil kalau harapan-harapan
indah yang termuat dalam konsep seks ini benar-benar dilakukan.
2.3 Dampak
Dari Free Sex
Dampak dari sex bebas (free sex), khususnya pada remaja
dapat dibagi menjadi :
1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang dapat terjadi
adalah terkena penyakit kelamin (Penyakit Menular Sexual/ PMS) dan HIV/AIDS
serta bahaya kehamilan dini yang tak dikehendaki. PMS adalah penyakit yang
dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan
seksual. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:
·
Berupa bintil-bintil berisi cairan,
·
Lecet atau borok pada penis/alat kelamin,
·
Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada
alat kelamin,
·
Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger
ayam,
·
Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,
·
Rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
·
Kencing nanah atau darah yang berbau busuk,
·
Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang
kemudian berubah menjadi borok.
Pada perempuan sebagian besar
tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika
ada gejala, biasanya berupa antara lain:
·
Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau
berhubungan seksual,
·
Rasa nyeri pada perut bagian bawah,
·
Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
·
Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan
disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya,
·
Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk,
dan gatal,
·
Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan
seksual,
·
Bintil-bintil berisi cairan,
·
Lecet atau borok pada alat kelamin.
2. Bahaya perilaku dan kejiwaan
Sex bebas akan menyebabkan
terjadinya penyakit kelainan seksual berupa keinginan untuk selalu melakukan
hubungan sex. Sipenderita selalu menyibukkan waktunya dengan berbagai
khayalan-khayalan seksual, jima, ciuman, rangkulan, pelukan, dan
bayangan-bayangan bentuk tubuh wanita luar dan dalam. Sipenderita menjadi
pemalas, sulit berkonsentrasi, sering lupa, bengong, ngelamun, badan jadi kurus
dan kejiwaan menjadi tidak stabil. Yang ada dipikirannya hanyalah sex dan sex
serta keinginan untuk melampiaskan nafsu sexualnya.
3. Bahaya sosial
Sex bebas juga akan menyebabkan
seseorang tidak lagi berpikir untuk membentuk keluarga, mempunyai anak, apalagi
memikul sebuah tanggung jawab. Mereka hanya menginginkan hidup di atas
kebebasan semu. Lebih parah lagi seorang wanita yang melakukan sex bebas pada akhirnya
akan terjerumus ke dalam lembah pelacuran dan prostitusi.
4. Bahaya perekonomian
Sex bebas akan melemahkan
perekonomian si pelaku karena menurunnya produktivitas si pelaku akibat kondisi
fisik dan mental yang menurun, penghamburan harta untuk memenuhi keinginan sex
bebasnya.
5. Bahaya keagamaan dan akhirat
Para pemuda yang terperosok
kedalam lumpur kehanyutan sex bebas akan terperosok ke lubang kehancuran dan
lupa akan agamanya sendiri.
Berikut ini adalah beberapa hal
yang patut di simak dan dipahami, supaya tidak terjerumus dalam pergaulan
bebas, mengingat kita semua hanya manusia biasa yang tidak tahan dengan godaan
:
·
Hindari bacaan, gambar, percakapan, dan menonton
film-film yang berbau porno.
·
Hindari pergaulan bebas.
·
Alihkan pikiran yang tidak senonoh, lakukan
kegiatan yang positif
·
Harus punya perinsip hidup yang benar dan
berpikir positif.
·
Berpakaian yang sopan dan pada tempatnya.
·
Hindari kontak fisik ataupun berpandangan dengan
orang yang bukan pasangan kita.
·
Hindari tempat yang memungkinkan untuk melakukan
sex bebas.
·
Hindari godaan-godaan yang datang dalam bentuk
apapun ( tentunya kita tau kelemahan diri sendiri dan masing-masing pribadi
berbeda).
Jadi kita harus mempunyai
pemahaman dan penerangan tentang sex secara benar dan tepat yang dilandasi oleh
nilai-nilai agama, budaya dan etika yang ada di masyarakat, sehingga kita
sebagai remaja dapat terhindar dari hal-hal yang negatif dan tercela terkait
dengan masalah sex tersebut. Kita sebagai penerus bangsa harus bisa memahami
mana yang terbaik buat kita dan patut untuk kita contoh.
2.4 Perilaku Free Sex Dalam Kehidupan Masyarakat
Populernya
perilaku seks di luar nikah, karena adanya tekanan dari teman-temannya atau
mungkin dari pasangannya sendiri. Kemudian disusul oleh dorongan kebutuhan nafsu
seks secara emosional, di samping karena rendahnya pemahaman tentang makna
cinta dan rasa keingintahuan yang tinggi tentang seks.
Beberapa
hasil penelitian mengungkapkan bahwa gadis melakukan seks di luar nikah
karena tekanan teman-temannya sesama wanita. Teman-temannya mengatakan bahwa:
karena tekanan teman-temannya sesama wanita. Teman-temannya mengatakan bahwa:
"Semua
gadis modern melakukannya, kalau tidak, ya.., termasuk gadir kampungan";
"Jaman sekarang tak ada lagi perawan-perawanan, nikmati saja hidup ini dengan keindahan".
"Jaman sekarang tak ada lagi perawan-perawanan, nikmati saja hidup ini dengan keindahan".
Dengan
demikian Ia melakukannya hanya untuk membuktikan bahwa iapun sama normalnya dengan
kelompok teman modernnya yang telah terperangkap dalam penyimpangan moral. Ia
ingin tetap diterima oleh kelompok temannya secara berlebihan, sehingga mengalahkan
kepribadian dan citra diri.
Pengakuan
lain, bahwa melakukan seks dengan alasan agar cinta pasangannya semakin kuat,
dan apabila aku tidak melakukannya, berarti aku tidak bias menunjukkan bukti
cintaku kepadanya. Kecuali itu, karena mereka telah beribu-ribu kali memperoleh
informasi tentang kehebatan dan kedahsyatan seks itu, baik dari pergaulan
sehari-hari maupun dari mass media, seperti televisi, film, show, majalah dan
brosur-brosur porno yang cenderung mengagungkan kehidupan seks inkonvensional, dimana
terdapat kemudahan untuk berkencan intim, berpegangan, berpelukan, meraba, dan
bahkan tidur bersama. Gosip-gosip seks secara bertubi-tubi dan secara berantai
telah membakar rasa penasaran mereka terhadap seks, sehingga timbul pertanyaan
dalam hayal mereka:
"Seperti apa sih
rasanya seks itu"?,
"Apa benar sedahsyat yang dikatakan orang"?
"Apa benar sedahsyat yang dikatakan orang"?
Dalam
perasaan penasasan, mereka akhirnya mencari tahu sendiri dengan riset
partisipatif. Setelah seks itu ditemukan dalam praktek, lalu semuanya terjawab
dan ternyata sesuai dengan hipotesis, sehingga terbentuklah perilaku yang
namanya KETAGIHAN.
"Kalau
sudah basah, sekalian mandi saja; sekali terlanjur, lebih baik
seterusnya".
Mantan
perawan sekali nge-seks, sama artinya melakukan 6 atau 7 kali, toh perawan tak
akan kembali, mengapa harus dibatasi? Di sinilah awal mulanya tumbuh pernyataan
perang dari mereka terhadap segala macam norma yang membatasi kebebasan seks.
Secara teoritis memang
hubungan cinta ada yang bersifat platonis, yaitu cinta tanpa unsur nafsu badaniah
terhadap kekasihnya. Cinta semacam ini pada perinsipnya mengandung semangat
"Apa yang dapataku
lakukan untukmu".
Akan
tetapi secara umum dalam perkembangannya, seks lebih didambakan secara fisik,
ketimbang hubungan cinta dan kasih sayang. Sebagian pihak menganggap hubungan
cinta dianggap sebagai alasan untuk memperoleh kepuasan seks semata. Di sinilah
seks menjadi kepanjangan dari perasaan cinta. Kisah cinta yang konvensional
dianggap tidak variatif, cengeng, ketinggalan jaman dan tidak jantan. Menanggapi
perkembangan pemahaman pola kehidupan seks tersebut, dapat diasumsikan bahwa
orang masa kini cenderung "lebih cepat jatuh seks ketimbang jatuh cinta".
Cinta
dan seks dikondisikan sebagai wujud sikap dan perilaku majemuk yang sekaligus
mengandung unsur nilai persahabatan, pergaulan intim, menikmati kebersamaan, kasih
sayang, hubungan seks, dan saling mempercayai antar sesama lawan jenisnya tanpa
batas yang tegas. Dalam hubungan seks pada umumnya terdapat proses kesepakatan bahwa
masing-masing pelaku berbuat secara sukarela dan bebas dari ikatan norma atau
jaminan resiko jangka panjang. Semua perilaku seks disepakati sebagai sebuah
kemerdekaan yang bebas dari tuntutan moral. Hubungan cinta cenderung tidak
konsisten, tergantung kapan datangnya letupan perasaan kebutuhan seksual.
Keperdulian terhadap kepentingan dan kegelisahan orang lain sering diwujudkan
dalam kata-kata dan tindakan yang semu sebagai dalih atau muslihat untuk memperoleh
hubungan seks.
Kata-kata
yang mengatasnamakan cinta sering dilontarkan sebagai jebakan yang sebenarnya
mengandung unsur pemaksaan. Beberapa contoh pernyataan yang umum dilontarkan
untuk memperoleh kesepakatan hubungan seks, misalnya:
"Aku sudah terlalu lama menunggu, kalau malam ini kamu menolak, lupakan saja semuanya".
"Aku bawa kondom sutra kok, tidak ada masalah".
"Kamu kan bagian dari hidupku, dan aku bagian dari hidupmu, ayo dong!".
"Toh tak ada bedanya isteri dan calon isteri. Kita toh siap kawin kalau ada apa-apa".
"Aku bisa saja dengan gadis lain, tapi aku hanya membutuhkan persatuan jiwa raga dengan engkau seorang".
"Jika kamu benar-benar cinta, maka kamu tak akan tega menyiksa aku".
Ungkapan-ungkapan
tersebut sebenarnya bermaksud agar pasangannya tidak menunda-nunda hubungan
seks yang dituntutnya. Jika kebutuhan terpenuhi, maka sementara waktu
berikutnya hubungan komunikasi dan interaksi antar sesamanya menghambar. Dalam kondisi
demikian biasanya timbul pikiran-pikiran rasional, perhitungan-perhitungan masa
depan (what next), dan tuntutan aktualisasi diri dalam kehidupan masyarakat
pada umumnya.
2.5 Karakteristik dan Pola Perkembangan Perilaku
Free Sex
Ada sebagian
kalangan yang menganggap bahwa perilaku seks pranikah terpisah dari ukuran
moral; artinya sah-sah saja sepanjang dilakukan atas dasar kebutuhan bersama. Ukuran
moral berbicara tatkala hubungan seks terjadi melalui pemaksaan fisik. Seks pernikahan
secara formal dilakukan sebagai suatu dalih umum lantaran sebelumnya terdapat
hambatan atau kesulitan untuk mempeloleh seks. Keserasian seks dalam rumah
tangga diperhitungkan melalui kuantitas pengalaman coba-coba bermain seks
tersendiri dengan berganti-ganti pasangan. Sedangkan kualitas keserasian seks yang
menyatu dalam kehidupan bersama antara dua pribadi yang utuh, bersatu dalam
pembinaan dan tanggungjawab keluarga berdasarkan rambu-rambu hukum agama, moral
dan budaya, dianggap sebagai tapal batas penghalang kenikmatan hubungan seks.
Pola pikir dan perhitungan pria terhadap
hubungan seks, cenderung tidak didasarkan pada penilaian baik buruknya pribadi
dan perilaku pasangannya secara keseluruhan, atau jaminan kesetiaan hidup bersama
dalam perspektif masa depan, melainkan diukur semata-mata karena selera
tertarik dari segi fisik yang indah, montok dan menggiurkan. Sementara dipihak
wanita masa kini seolah memberikan reaksi yang positif dengan sengaja bersikap,
berperilaku (termasuk mode busana) yang secara nyata menonjolkan dan membuka
bagianbagian tubuh yang diketahui mengundang birahi.
Kalau
diketahui karakteristik pria lebih merupakan gejala badaniah yang didorong oleh
gemuruh seks yang dangkal, sementara wanita cenderung memberikan peluang, maka
meskipun pria sebagai sumber inisiatif penekan dalam melakukan serentetan
pendekatan seks melalui
pegangan tangan, ciuman, memeluk dan mencumbu; bukan berarti sebagai satu-satunya pihak yang bertanggungjawab, tetapi pihak wanita juga menentukan tingkat intimitas batas kepantasan hubungan seks mereka.
pegangan tangan, ciuman, memeluk dan mencumbu; bukan berarti sebagai satu-satunya pihak yang bertanggungjawab, tetapi pihak wanita juga menentukan tingkat intimitas batas kepantasan hubungan seks mereka.
Oleh
karena itu dalam perkembangan hubungan intim itu, lagi-lagi pihak wanita
menyerah dan mengizinkan pria untuk memenuhi tuntutan seksnya, lantaran iapun
sesungguhnya mempunyai deru-gelora nafsu seks tersendiri. Sebab bila puncak
birahi keduanya telah seimbang, maka hampir tak ada orang yang sanggup menolak
keinginan hubungan seksnya, baik dengan alasan-alasan rasional maupun
alasan-alasan moral, dosa ataupun sanksi sosial. Dalam perburuan seks, kaum
pria cenderung bersifat lebih independen dan interaktif dalam posisi meminta
dan menekan (memaksa), sehingga tanpa disadari terjadi eksploitasi perilaku
seks yang kemudian mengaburkan makna cinta dan seks.
Pihak
wanita sendiri memberikan reaksi seks dalam posisi terikat (dependen) dan tak mampu
menolak tuntutan seks. Keterikatan wanita dalam perilaku seks masa kini cenderung
salah kaprah menanggapi makna mitos cinta sejati yang berarti "rela
memberikan segalanya".
Hal
ini justeru diartikan sebagai proses kompromi seks yang saling merelakan segala
yang berharga demi sebuah kenikmatan seks. Oleh karena itu nilai pengorbanan,
harga diri dan penyesalan, akibat hubungan seks tersebut semaksimal mungkin ditiadakan.
Artinya kebebasan seks cenderung dipandang sebagai perilaku pemuasan nafsu yang
melahirkan kenikmatan belaka, dan melupakan realitas negatif akibat dari seks
itu sendiri.
Perilaku
seks bebas, tak terkecuali perselingkuhan kaum pria dan wanita berumah tangga,
dipandang sebagai kesenangan hidup tanpa ikatan, sehingga patut dijadikan
kebutuhan permanen. Resiko perilaku seks bebas, seperti kehamilan dan
tercemarnya nama baik keluarga tidak lagi menakutkan, disamping karena
peristiwa ini sudah biasa terjadi, juga karena kehamilan dapat dicegah melalui kebebasan
penggunaan kontrasepsi (paling tidak, kondom sutra).
Kebiasaan
seks bebas dapat mengakibatkan orang semakin tidak mampu menahan birahinya yang
sewaktu-waktu mendesak, sehingga tidak mustahil terjadi perkosaan di mana-mana
sebagaimana diketahui cenderung meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Dari
segi sosial-psikologis, perilaku seks bebas dianggap tidak mendatangkan beban
tanggungjawab yang besar, dan tidak pula dirasakan sebagai pencemaran terhadap
tradisi adat dan moral. Tentang kemungkinan terjadi depresi karena perasaan
berdosa, penyesalan atau rasa takut terjangkitnya penyakit kelamin, semuanya tidak
termasuk dalam perhitungan.
Persepsi masyarakat
terhadap perilaku seks cenderung menghalalkan seks atas dasar argumen saling suka,
saling cinta, dan saling membutuhkan. Kondisi semacam ini mengisyaratkan suatu
pengakuan terhadap penyelewengan hubungan (love affair) atau perselingkuhan,
baik sebelum atau sesudah menikah. Kondisi ini kemudian menempatkan posisi
hubungan intimitas seks manusia mendekati persamaannya dengan perilaku seks
pada binatang.
Meskipun
perilaku seks semacam ini masih tersembunyi, akan tetapi secara realistik
diam-diam diakui, terutama bagi mereka yang tak mampu menahan nafsu seksnya
dalam jangka waktu tertentu. Mungkin karena kesepian, atau karena terperangkap
dalam perkawinan yang tak bahagia, bisa juga karena ingin menikmati sensasi
seks di luar rutinitas rumah tangga. Gejala ini kemudian mendorong timbulnya
gerakan sosial (social movement) dari kolektifitas kelompok untuk menegakkan
pola perilaku seks bebas.
Meskipun secara terselubung dalam jangka waktu
tertentu, tetapi lama kelamaan akan membawa perubahan perilaku yang diakui oleh
seluruh lapisan masyarakat sebagai suatu kelaziman. Sepanjang hubungan seks itu
masih dalam kerangka jaminan kepentingan bersama dengan sedikit mungkin beban
tanggungjawab atas syarat-syarat kontrak sosialnya, maka selama itu pula
rutinitas hubungan seks akan berlangsung sebagai suatu kelaziman dalam
kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang ideal, tentu
semua tindakan itu dapat dikategorikan sebagai jalan pintas yang mengotorkan jiwa,
pikiran dan fisik, karena mau tak mau ada perasaan tak layak, kotor, berdosa
dan pengaruh negatifnya, baik terhadap hubungan perkawinan maupun terhadap masa
depan remaja.
2.6 Cara Menanggulangi/ Mencegah Terjadinya Free
Sex
Adanya
kasih sayang, perhatian dari orang tua dalam hal apapun serta pengawasan yang
tidak bersifat mengekang.
Salah satu faktor terbesar yang
mengakibatkan remaja kita terjerumus ke dalam prilaku seks bebas adalah
kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Perilaku seks bebas
pada remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama dan keluarga sangat
penting untuk mengantisipasi perilaku remaja tersebut. Sebagai makhluk yang
mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi yang sangat
mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar dirinya akibat dari rasa ingin tahu
yang sangat tinggi. Tanpa adanya bimbingan maka remaja dapat melakukan perilaku
menyimpang. Untuk itu, diperlukan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak
dengan melakukan komunikasi yang efektif. Mungkin seperti menjadi tempat curhat
bagi anak-anak anda, mendukung hobi yang diinginkan selama kegiatan tersebut
positif untuk dia.
Pengawasan
yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi.
Pada usia remaja, mereka selalu
mempunyai keinginan untuk mengetahui, mencoba dan mencontoh segala hal. Seperti
dari media massa dan elektronik yang membuat remaja seringkali terpicu untuk
mengikuti seperti yang ada dalam tayangan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
adanya pengawasan dalam hal tersebut. Mungkin dengan mendampingi mereka saat
melihat tayangan tersebut.
Menambah
kegiatan yang positif di luar sekolah, misalnya kegiatan olahraga.
Selain menjaga kesehatan tubuh,
kesibukan di luar sekolah seperti olahraga dapat membuat perhatian mereka
tertuju ke arah kegiatan tersebut. Sehingga, memperkecil kemungkinan bagi
mereka untuk melakukan penyimpangan prilaku seks bebas.
Perlu
dikembangkan model pembinaan remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Perlu adanya wadah untuk menampung
permasalahan reproduksi remaja yang sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang
terarah baik secara formal maupun informal yang meliputi pendidikan seks,
penyakit menular seksual, KB dan kegiatan lain juga dapat membantu menekan
angka kejadian perilaku seks bebas di kalangan remaja. Perlu adanya sikap tegas
dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap pelaku seks bebas. Dengan
memberikan hukuman yang sesuai bagi pelaku seks bebas, diharapkan mereka tidak
mengulangi perbuatan tersebut.
Tips Hindari Free Sex :
Ada hal-hal yang membuat orang susah sekali menghindari yang namanya free sex, berikut ini adalah beberapa hal yang patut di simak, supaya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. mengingat kita semua bukan manusia yang kebal godaan.
- Hindari bacaan, gambar, percakapan, dan menonton film-film yang berbau porno dan menggoda untuk mencobanya, itu tidak baik.
- Buat yang lagi pacaran, cobalah pacaran yang sehat, jangan melewati batas-batas pacaran yang di luar aturan
- Hindari pergaulan bebas. pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan baik
- Alihkan pikiran yang tidak senonoh, lakukan kegiatan yang positif
- Harus punya perinsip hidup yang benar dan mawas diri
- Berpakaian yang sopan dan pada tempatnya
- Hindari kontak fisik ataupun berpandangan dengan orang yang bukan pasangan kita
- Hindari tempat yang memungkinkan untuk melakukan sex bebas
- Hindari godaan-godaan yang datang dalam bentuk apapun ( tentunya kita tau kelemahan diri sendiri dan masing-masing pribadi berbeda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar